Jumat, 21 Juli 2017

Sesama Santa, Prosesi Sakral dari Larantuka (1)

Hasil gambar untuk mengunjungi moyang: sebelum jumat agung
DEKAT DENGAN TUHAN: Suasana diarnida Tuan Ana yang merupakan pemberhentian terakhir dalam arak-arakan jumat Agung di Larantuka.

Sosok Cantik yang Abadi dalam Patung







Hasil gambar untuk mengunjungi moyang: sebelum jumat agung
PENUH HARU: Peziarah yang mengikuti arak-arakan jumat
Agung harus mengenakan baju hitam tanpa kedukaan.
Paskah di Larantuka dirayakan cukup istimewa. Kedekatan dengan Bunda Maria membuat kota ini begitu menghayati peringatan tersebut. Bahkan, acara ini menjadi event tahunan yang dibanjiri wisatawan.
Hasil gambar untuk mengunjungi moyang: sebelum jumat agung
MENGUNJUNGI MOYANG: Sebelum jumat Agung, Seluruh warga Larantuka datang kepemakaman untuk membersihkan kuburan dan mendoakan para leluhur.



JIKA Anda punya kerabat dari Larantuka, Flores Timur, coba tanyakan kapan dia akan pulang? Sebanyak 98persen pasti menjawab saat Paskah. Para perantau dari Larantuka akan lebih memilih pulang saat Paskah daripada Natal.
Larantuka merupakan kecamatan sekaligus ibu kota Kabupaten Flores Timur. Sebagian besar kawasannya merupakan pesisir. Sejak lebih dari 500 tahun lalu, kota tersebut memiliki tradisi yang dilakukan setiap Pekan Suci menyambut Paskah. Tahun ini Semana Santa, prosesi Jumat Agung Khas Larantuka, dilaksanakan pada minggu kedua April (14April).
Perayaan itu dibawa oleh Portugis. Inti perayaan tersebut adalah meminta berkat Tuhan melalui Bunda. Tuan Ma, sebutan mereka untuk patung Bunta Maria Mater Dolorosa atau Bunda Maria yang Berduka Cita.
Menurut kepercayaan setempat, patung Tuan Ma ditemukan lelaki dari suku Resiona saat berkarang (mencari kerang atau kepiting di karang-karang pantai). "Sebelumnya, pemuda tersebut melihat perempuan yang sangat cantik," ucap Don Andre III Marthinus DVG, raja Larantuka. Kecantikan perempuan itu digambarkan seperti seseorang bidadari.
Kepada anak tersebut, perempuan itu meminta dipanggilkan raja dan warga setempat. Namun, tatkala rombongan tiba, perempuan itu berubah menjadi patung. Raja pun inta patung tersebut disimpan di dalam kokr bale (tempat menyimpan benda keramat suku). Selama bertahun-tahun patung itu tak dikeluarkan.
Menurut salah seorang Budayawan Larantuka, Cyprian P.Lamury, ketika patung tersebut ditemukan, masyarakat Larantuka masih menganut animisme dan dinamisme. Kedatangan Tuan Ma dianggap sebagai dewi kesuburan atau Tondu Wujo."Masyarakat belum tahu bahwa itu Bunda Maria," tuturnya.
Bertahun-tahun kemudian, datang para misionaris dari Portugis. Mereka pun ditunjukkan pada patung tersebut. Para misionaris juga pergi kepantai tempat kemunculan patung. Di situ, mereka melihat tulisan reinha Rosario Maria. Artinya, Maria sang Ratu Rosari."Kalau sebutan mama yang bagi warga Larantuka bararti ibu," tegas Donthinus, sapaan akrab Don Andre III Marthinus DVG.
Cerita mengenai Tuan Ma itu berbeda-beda. Sebab, hingga sekarang cerita tersebut masih dari cerita lisan. Namun, pada sumber tulisan sejarah, menurut tulisan Pendeta Belanda Francois Valentyn, ada kapal karam dari Portugis sekitar 1510. Valentyn menuliskan catatan itu pada 1724.
Uskup Larantuka Mgr Fransiscus Kopong Kung membenarkan hal tersebut. Dia menambahkan bahwa kapal yang karam itu menuju Malaka."Kapal Portugis memang selalu membawa banyak barang. Dan, kemungkinan ada patung Bunda Maria dan Tuhan Yesus," bebernya.
Patung Yasus konon berada di Desa Wure. Desa itu terletak di Pulau Adonara, depan Larantuka. Di Kapel Tuan berdiri, memang terdapat patung Yesus setinggi 2,5 meter. Donatus Karwayu, penjaga Kapel Tuan Berdiri, menegaskan bahwa patung yang Yesus dibawa dari Portugis.
Sementara itu, prosesi Semana Santa diperkirakan terjadi tak jauh setelah patung Tuan Ma ditemukan. Walaupun waktu itu masyarakat belum mengenal siapa Tuan Ma, menurut Cypria, mereka sudah memiliki tradisi arak-arakan. Salah satu benda yang diarak adalah patung tersebut.
Pekan suci mulai semarak ketika memasuki Rabu. Sebab, pertengahan minggu tersebut, terdapat perayaan khusus Rabu Trewa. Tahun ini jatuh pada 12 April. Perayaan itu dimulai pagi, yakni dengan mengaji di Kapel Tuan Ma.
Tidak sembarang orang boleh mengaji pada saat itu. Piji-pujian tersebut hanya boleh dibawakan suku Fernandesz Aikoli (Kapitan Jentera). Suku dalam kebudayaan Larantuka sama halnya dengan marga."Kapitan Jentera ini dulu adalah panglima perang, jadi diistimewakan," ucap Cyprian.
Pada hari yang sama, prosesi Tikam Turo dilaksanakan. Yakni, menancapkan kayu di sepanjang rute arak-arakan. Kayu tersebut nanti berfungsi sebagai pagar sekaligus tempat lilin.
Malamnya, Lantaruka begitu gaduh. Sekitar pukul 18.00, puluhan laki-laki berkumpul didepan Kapel Tuan Ana. Mereka membawa seng, besi, dan kayu. Seluruhnya dibunyikan. itu adalah prosesi Rabu Trewa, tanda Larantuka masuk masa duka."Setelah itu, tidak boleh ada pesta, bekerja berat, atau berpegian jauh," ujar Cyprian. Jalan-jalan untuk prosesi arak-arakan juga sudah tidak boleh dilewati kendaraan.
Paginya, pada Kamis Putih, pintu Kapel Tuan Ma dan Tuan Ana dibuka.
sebelumnya, anggota persaudaraan awam Confreria Renha Rosari mengadakn upacara Muda Tuan, yakni memandikan patung Tuan Ma. Patung tersebut juga di hias dengan kain berwarna biru dan di letakkan di atas tumba (usungan) yang berada di tengah kapal. Hal yang sama juga dilakukan pada patung Tuan Ana atau Yesus yang Disalib.
Setelah prosesi Muda Tuan selesai, pintu kapel dibuka. Keluarga raja bertugas membuka pintu kapel Ma. Sementara itu, Kapel Tuan Ana dibuka keluarga Blantaran de Rosari.
Suasana kapel seontak menjadi haru saat pintu dibuka. Orang-orang berjalan berlutut untuk mencium Tuan Ma dan Tuan Ana. Tak jarang, para peziarah yang selesai mencium Tuan Ma dan Tuan Ana berlinangan air mata. Seolah mereka telah mengadukan semua perasaan kepada tuhan.
Pada hari yang sama, peziarah terkadang juga melanjutkan kunjungan ke kapel Tuan Menino dan kapel Tuan Berdiri. Tujuan mereka sama yakni mencium arca.
Prosesi cium Tuan Ma dan Tuan Ana berlangsung hingga besoknya. Bahkan, saat tengah malam pun, suasana kapel masih ramai. mereka bersiap untuk upacara esok harinya yang menjadi puncak perayaan.





Gambar terkait
MENGANTAR TUHAN: Antusiasme puluhan perziarah yang
menggunakan kapal motor untuk mengawal perahu Tuan Menino
saat prosesi laut diselat Gonzalo, Larantuka.

 (Ferlynda Putri/ c7/dos)
Hasil gambar untuk mengunjungi moyang: sebelum jumat agung
SEPERTI RUSUH: Saat rabu trewa warga membuat kegaduhan dengan menyeret seng atau memukul-mukul tiang listrik sebaai tanda memasuki masa kesedihan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar